Laman

Sabtu, 01 September 2012

Komodo Pota Menghilang


 Populasi kadal raksasa Komodo Pota di Tompong-Pota, Kecamatan Sambi Rampas, Kabupaten Manggarai Timur (Matim), menghilang sejak dua pekan terakhir. Diduga pemicunya adalah ledakan bom pekerjaan jalan di area komunitas mereka berada.

Arsyad, salah seorang petugas pengawasan  menyampaikan hal tersebut kepada Pos Kupang di Pota, Kamis (23/8/2012). Menurut dia, selama bertugas ia rutin tigakali seminggu  melakukan pengawasan dan pemantauan  di lokasi. Umumnya binatang itu selalu berada di sekitar bibir Pantai Tompong. Ada delapan ekor ukuran besar yang selalu ada. Ada  pula ukuran sedang dalam jumlah banyak. 

Selain memantau, ia juga memberi makan berupa sisa-sisa kulit kambing dari warga yang melakukan hajatan. Namun dua pekan terakhir menghilang dari tempat binatang itu biasa  mangkal. Pihaknya sudah mencari di sekitar tempat persembunyian atau area mereka berada, namun tidak ditemukan. Diduga, binatang itu telah hijrah ke tempat lain akibat ledakan bom pekerjaan proyek. Sebab, lokasi proyek yang diledakkan itu dekat pemukiman binatang itu.

"Saya tidak tahu persis apakah mereka akan pulang lagi ke habitat semula atau tidak. Feeling saya kalau tenang mereka bisa pulang lagi. Yang dikhawatirkan selama bintang itu ada di tempat baru. Umumnya mereka stres dan penyesuaian dengan alam baru membutuhkan waktu agak lama. Karena itu saya selalu rutin pergi lihat," kata Arsyad.

Dijelaskannya, semestinya area habitat itu tidak boleh dilintasi jalan umum agar memberi kenyamanan bagi binatang-binatang itu.  Sebab, karakter mereka harus jauh dari keramaian.

"Besok-besok kalau ramai binatang itu bakal hilang. Perlu cari jalur lain. Saya sudah usulkan tetapi karena proyek sudah jalan ya saya ikuti saja. Padahal di lokasi itu ada jalan yang pernah dirintis untuk menghindari adanya gangguan terhadap lingkungan binatang itu," katanya.


Dikatakannya, saat ini ada tiga ekor Komodo Pota yang sedang karantika sebagai sampel apabila wisatawan datang ke Tompong. Jika  tidak berhasil melihat langsung komodo di habitat aslinya, maka wisatawan bisa disuguhkan dengan melihat tiga ekor komodo itu.

"Biaya makan tiga ekor komodo agak mahal. Sejauh ini saya mendapat dukungan dana dari Dinas Pariwisata Matim sebesar  Rp 1.250.000,00. Mereka  sekali makan untuk hidup 10 hari. Jika kurang makan saya cari bangkai ayam atau kulit kambing warga yang ada pesta," katanya.

Arsyad mengatakan, pantauan di Tompong tidak hanya kepentingan Komodo, tetapi melihat adanya perilaku nelayan asal luar daerah yang selalu menangkap ikan menggunakan bom. Sebab, pantai itu kaya ikan dan aneka jenis penyu. Sejauh ini masih terjadi bom ikan, namun sulit mengusir mereka karena sarana tidak ada.


Sumber : Pos kupang.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar