
Pemerintahan kita dibentuk dari sebuah koalisi besar partai politik.Demokrat sebagai partai yang mengusung SBY sebagai presiden juga harus berkoalisi dengan berbagai partai memuluskan jalan mendapatkan kursi ini.Kabinet dengan terpaksa harus disesaki oleh jatah-jatah partai politik.Hampir terlihat tidak ada niat untuk memberantas korupsi besar.Nazarrudin mantan Bendahara Umum Partai Demokrat secara gamblang menyebut nama Anas urbaninggrum dan beberapa nama petinggi partai Demokrat,juga Dua Anggota KPK Chandra M Hamzah yyang bertemu 4 kali dengannya juga Ade Raharja.Juga dibeberkan tentang money politik pemilihan ketua umum partai Demokrat.Terakhir kasus di dua kementrian yang disebut-sebut melibatkan kedua menteri tersebut.Hingga kini kasus Nazarrudin dengan kolega yang mengemplang duit hingga mencapai triliun rupiah seperti jalan ditempat masih menunggu sentuhan niat baik KPK untuk membongkarnya.Kasus bank Century yang terindikasi mengemplang dana negara juga tak terdengar lagi,sunyi senyap padahal semua data sudah diberikan oleh DPR ke KPK.Andi Malarangeng dan Muhaimin Iskandar tetap dilantik lagi dengan posisi sama sebagai menteri pemuda dan olahraga dan menteri tenaga kerja dan transmigrasi.
Siapa sih koruptor itu? Seperti
sebuah makhluk yang entah berantah yang sukar sekali diberantas. Bahkan ada
istilah pembiaran terjadinya korupsi di berbagai bidang selama tdak
kurang dari empat dekat, 40 tahun! Bayangkan selama empat puluh tahun
terjadinya korupsi, tapi dibiarkan saja. Sejak kapan ketemu angka empat puluh,
rasanya mudah ditebak, ya coba itung aja sejak jaman “kerajaan” orde baru yang
runtuh selma 32 tahun memerintah plus 8 tahun selama reformasi, klop 40 tahun!
Reformasi berjalan sudah 13 tahun,
kalau diambil patokan sejak mundurnya Soeharto tanggal 21 Mei 1998, dengan
hitung-hitungan ini, berarti baru sekitar lima tahunan adanya usaha
pembrantasan yang kelihatan nyata, walau belum maksimal, khususnya dengan
adanya KPK, inipun banyak pihak yang gerah alias “kebakaran jenggot” ketakutan.
Kok takut? Ya siapa lagi kalau bukan koruptor! Kita patut bersyukur, walau yang
ditangkap kebanyakan baru kelas teri, bukan kakap atau pausnya!

Mungkin memang dibutuhan keberanian
yang luar biasa bagi seorang pemimpin untuk memberantas korupsi, bukan main di
wacana, tapi tindakan tegas yang tidak berorientasi kepada untung rugi dalam
politik dan mempertahankan kekuasaannya. Karena bila oriantasinya kekuasaan, sampai
dunia kiamatpun korupsi tidak bisa diberantas! Loh kok bisa begitu? Ya
bagaimana bisa memberantas korupsi kalau takut kekuasaannya digoyang, tak
berani, takut nanti dalam pemilu tak dapat dukungan politik!.Presiden cenderung mengamankan pemerintahan dengan berkoalisi.Partai koalisi diberikan jatah beberapa kursi menteri.Cenderung kementrian yang dipimpin sering dijadikan mesin uang buat partai karena semua kita tahu bahwa berapa sich dana yang dimiliki partai politik???Mereka sering menggelar kampanye besar-besaran dan berbagai acara.Publikasi dana ke publik milik partai politik selalu jarang dilakukan.
Ada baiknya kita membedah kata KORUPSI itu satu demi satu, mari kita
mulai:
Pertama, hurup “K”, kurang bersyukur
kepada Tuhan. Nah koruptor ini adalah orang yang kurang bersyukur atau tidak
pandai bersyukur terhadap nikmat atau karunia yang telah diberikan Tuhan kepadanya.
Jadi walau sudah kaya dan bergaji besar serta mempunyai kedudukan tinggi tetap
saja korupsi! Dirinya selalu merasa kurang, kurang dan kurang. Jadi kalau pakai
istilah sebuah lagu, hutan, gunung dan lautapun mau dimakannya!
Kedua, hurup “O”, omongannya selalu
manis, terutama ketika diadakan pemilu, ya janjinyapun manis, demi rakyat,
untuk rakyat. Namun setelah keduduknya di dapat di lembaga-lembaga yang
terhormat, baik ditingkat pusat atau daerah, maka rakyat dilupakan. Yang
terjadi adalah bagaimana mengambil uang negara sebanyak-banyaknya, dengan
berbagai dalih dan argumentasi yang kelihatan masuk akal, agar tidak terhendus
oleh KPK!
Ketiga, hurup”R”, rakus terhadap
harta benda. Apa saja mau dimilikinya, dengan jalan apapun. sehingga dirumahnya
yang megahpun bukan lagi nampak keindahan dan kenyamanan, tapi gudang! Rumah
para koruptor indah dipandang mata, tapi rusak dalam pandangan hati nurani.
Rumah itu megah, tapi sebenarnya kuburan! Mana ada rumah koruptur yang berisi
rakhmat, taufik dan hidayahNya. Rumah yang birisi benda-benda hasil korupsi
akan menjadi azab dikemudian hari, cepat atau lambat! Hidupnyapun tak tenang,
jangan-jangan ketahuan, jangan-jangan terbongkar dan seterusnya.
Kempat, hurup”U”, usahanya sebanyak
mungkin mengambil uang rakyat atau uang negara, lagi-lagi dengan berbagai cara
atau manipulasi, ya seperti si gayus tambunan itu atau “gayus-gayus” yang
lainnya. Sehingga kalau mereka tak ketahuan akan terlihat sangat tidak wajar
antara gaji yang di dapat setiap bulannya, dengan rumah atau mobil mewah yang
dimilikinya. Sebenarnya dengan ketidak wajaran ini, sudah bisa dicari dari mana
asal harta-harta tersebut? Tapi karena yang mengusut dan yang diusut
sama-sama korupsi, ya sudah yang terjadi adalah TST(tahu sama tahu) atau kalau
istilah lain” sesama setan jangan saling mengganggu!” atau” maling jangan
teriak maling!” nanti rakyat pada bingung!
Kelima, hurup”P”, “pantat botol”
alias”muka badak” tak tahu malu, bergaya dengan mobil mewah, berjas dan
berdasi, rumah menterang, bergaya, namun semuanya hasil korupsi! Kalau koruptor
punya rasa malu, ya bukan koruptor namanya, yang repot keluarganya mendukung.
Sang istri/suami(ternyata yang korupsi bukan hanya lelaki, perempuan juga ada
yang korupsi) atau anak tidak tahu, atau tak mau tahu bahwa kalau dilihat
gajinya, semestinya suami/istri atau bapak/ibunya tak punya ini semua, tapi
mereka diam, pura-pura tak tahu dan baru menangis ketika suami atau bapaknya
ditangkap KPK, diborgol, masuk penjara! Jadi orang melakukan korupsi juga
“di dukung” oleh keluarganya, keluarga koruptor adalah keluarga pantat botol,
muka badak, tak tahu malu! Kan mestinya mereka mengingatkan suami atau
bapaknya, jangan melakukan korupsi, bukanya mengingatkan bahkan menikmati
dengan senang hati, jalan-jalan ke luar negeri dari hasil korupsi!
Keenam, hurup”S”, sikat sana sini,
sikut sana sini, agar bisa memanipulasi sebanyak-banyak, entah itu kwintansi,
proyek bodong, SPJ akal-akalan, seminar atau lokakarya tipu-tipu, study banding
dan lain sebagainya. Pokoknya sikat sana sini, sikut sana sini yang penting
dapat mengambil uang rakyat sebanyak-banyaknya. Rakyat menjerit kelaparan, atau
rakyat menjadi semakin miskin karena ulahnya, tak peduli.
Ketujuh, hurup”I”, injak sana, injak
sini. Siapa yang diinjak? Siapa lagi kalau bukan yang dibawahnya alias bawahan.
Maka sering terjadi bawahan yang sudah gajinya jauh lebih kecil, masih di
sunat, dipotong dengan berbagai dalih dan alasan. Terkadang antara yang
diberikan dengan yang ditandatangani di kwitansi berbeda, yang dikasih 50 ke
bawahan, yang dikwitansi 100! Bagaimana kalau bawahannya tak mau, siap-siap
“disingkirkan” tidak diberikan job, dikucilkan, bahkan bisa dimutasi ke tempat
yang jauh terpencil di ujung “dunia” sana atau bahkan dicari alasan yang
dibuat-buat agar si bawahan yang “bandel” ini dipecat!
Lalu apakah pintu tobat bagi
koruptor tertutup, tidak! Selama koruptor itu masih hidup dan dia bertobat lalu
mengembalikan uang hasil korupsinya kepada negara, karena dia sudah menyesal
ketika dipenjara dan tidak mengulangi perbuatannya lagi, insya Allah tobatnya
diterima. Tentu tobat yang taubatan nasuha, tobat yang sunguh-sungguh, bukan
tobat ketika di penjara, namun setelah keluar dari penjara, eh korupsi lagi!
Yang begini mah pantas dihukum seberat-beratnya! Iya, biar ada efek jera
bagi koruptor lainnya, seperti yang dilakukan Cina. Masa Cina yang komunis
berani bertindak tegas dan berani menghukum seberat-beratnya kepada para
koruptor di negaranya, bahkan sampai hukuman mati! Kalau Indonesia karena punya
sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab, ya mungkin tidak sampai
menghukum mati, cukup sampai setengah mati saja!
Itulah tujuh citi koruptor dari
tujuh hurup korupsi, yang bisa dijadikan ciri seorang itu koruptor atau tidak,
tidak mesti semua ciri tersebut, dua atau tiga dari ciri diatas sudah terlihat
jejaknya koruptor, apa lagi kalau sampai ketujuh ciri tersebut ada pada
seseorang, sudah bisa dipastikan orang tersebut koruptor tulen! Tangkap segera,
jangan dibiarkan atau ada pembiaran seperti diatas, 4o tahun ada pembiaran
korupsi. Rakyat pasti senang kalau korupor itu diberantas sampai ke
akar-akarnya, pemerintah yang berani dan tegas memberantas korupsi pasti
didukung rakyat. Hanya para koruptorlah yang tidak senang dengan adanya KPK,
hanya para koruptorlah yang tidak senang adanya pembuktian terbalik terhadap
harta miliknya, hanya para koruptorlah yang tidak suka kepada pemerintah yang
berani dan tegas untuk memberantas korupsi.
Semoga dengan tujuh ciri di atas,
kita dapat mewaspadai dan memberikan umpan balik kepada lembaga-lembaga yang
terkait, semoga para koruptor itu pada bertobat dan segera mengembalikan uang
hasil korupsinya kepada negara dan semoga negara kita bebas dari korupsi,
sehingga kesejahteraan bagi rakyat segera dapat terwujud.Semoga.Katakan Tidak Pada Korupsi.. .