Laman

Sabtu, 22 Oktober 2011

Krisis Garam,Peluang Bagi Petani Lokal


Pantai yang Luas Menunggu Digarap

Indonesia merupakan negara dengan luas perairan dua pertiga dari daratnnya. Tak hanya itu, Indonesia memiliki pulau lebih dari 17ribu, yang tersebar dari sabang sampai merauke. Panjang pantai Indonesia nomer dua di dunia setelah Kanada dengan panjang pantai 81 ribu kilometer. Dari situlah terdapat beranekaragam sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan oleh rakyat Indonesia. Dari situ pula, masyarakat menggantungkan hidupnya. Salah satu contoh sumberaya alam yang ada di pesisir adalah garam yang merupakan kebutuhan pokok bagi semua rakyat Indonesia. Kini masyarakat dihantui dengan adanya import garam yang dilakukan pemerintah. Import garam dari luar negeri inilah yang mengakibatkan harga garam dalam negeri menjadi merosot tajam. Bayangkan saja harga garam ditingkat petani untuk k-1 hanya di hargai 550 rupiah, sedangkan untuk k2 Rp 400-Rp 500 rupiah. Sangat miris sekali mendengar fakta dilapangan. Sementara itu, pemerintah terus melakkan import garam. Sebenarnya apa yang sedang dihadapi oleh pemerintah saat ini hingga mengimport garam dari luar.? Apakah, produksi garam dalam negeri kurang, sehingga diperlukan import untuk memenuhinya?., ataukah kualitas produksi garam dalam negeri memang rendah, atau mungkin ada kong kalikong antara pemerintah dengan para importir?
Data Kementerian Kelautan dan Perikanan menyatakan, kebutuhan garam nasional tahun ini sebanyak 3,4 juta ton, termasuk di antaranya 1,6 juta ton untuk garam konsumsi dan 1,8 juta ton garam industri.
Jadi, layaknya kita impor garam konsumsi 200 ribu ton, sedangkan untuk garam industri memang saat ini lebih besar impor. Dalam siaran pers Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Jumat (16/9/2011), disampaikan bahwa tahun ini pihaknya akan menyiapkan program swasembada garam nasional pada tahun 2014 nanti.

Pemerintah akan melakukan penurunan impor garam secara bertahap, yaitu dari 2,187 juta ton pada tahun 2010 menjadi 1,022 juta ton di 2011. Garam impor tahun 2009 berasal dari Australia (1,39 juta ton), India (257,9 ribu ton), China (51 ribu ton), Selandia Baru (1.118 ton) dan negara lainnya (35.759 ton).Akan ada upaya meningkatkan produksi melalui intensifikasi melalui rehabilitasi prasarana antaralain sewa tambak, pembuatan atau perbaikan saluran tambak, pembuatan atau perbaikan tanggul, pembuatan atau perbaikan gudang, pemadatan tanah dan meja jemur. Sementara itu perbaikan prasarana antaralain pompa, kincir angin, gerobak sorong, timbangan, bahan aditif dan peralatan tambak lainnya.
Langkah revitalisasi garam yang dilakukan melalui penyediaan prasarana dan sarana usaha garam rakyat, juga akan ada inovasi teknologi melalui penggunaan bahan aditif.
Saat ini, seperti yang disampaikan mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad beberapa waktu lalu, telah ditetapkan 9 kabupaten/kota sebagai sentra Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) dalam rangka mengejar target swasembada garam. Tempat tersebut tersebar di Indramayu, Cirebon, Pati, Rembang, Sampang, Sumenep, Pamekasan, Tuban dan Nagekeo. Selain itu, KKP juga telah menerapkan 31 kabupaten/kota penyangga pelaksanaan pengembangan usaha garam rakyat.

Berdasarkan hasil kesepakatan empat kementerian awal September lalu, secara keseluruhan 40 kabupaten/kota tersebut memiliki lahan total seluas 19.822 Ha dengan luas lahan untuk pemanfaatan PUGAR pada tahun 2011 seluas 9.116,57 Ha. Produksi garam yang ditargetkan adalah seluas 1,561 juta ton dan produksi garam tahun 2011 ditargetkan adalah sebesar 667.238 ton. Hingga awal September 2011, produksi sudah tercatat sebesar 308.355 ton dan telah terserap pasar sebanyak 133.457 ton dan stok garam saat ini adalah 174.898 ton.melihat potensi ini,sebaiknya negeri ini focus pada pengembangan industry garam sehingga tidak tergantung pada ekspor.

Flores Timur dan Produksi Garam Lokal

Garam lokal Flores Timur sejak dahulu sudah diproduksi.Desa Lamika terkenal dengan petani garamnya yang  hadir di dapur masyarakatnya.Distribusi dilakukan langsung dengan menyambangi pasar-pasar tradisional sesuai jadwal hari pasar.Garam tanpa merek yang selalu dikemas dalam sebuah wadah anyaman daun pohon aren (koli)yang biasa disebut soka.Tahun 80-an kita masih menjumpai para wanita penjual garam asal Lamika mengenakan sarung duduk di sudut areal pasar tradisional menunggu pembeli.Selain menerima pembayaran dengan uang, juga dipakai transaksi dengan  sistem barter.Lasimnya barter dilakukan dengan berbagai kebutuhan pangan seperti beras,jagung,minyak goring(minyak kelapa) serta berbagai keperluan lainnya.Flores Timur juga pernah memiliki  tambak garam di Pantai Oka sebelah air panas.Proyek dengan pendampingan dari pemerintah menghasilkan produksi garam yang lebih baik sekalipun memakai kemasan seadanya.Sekarang ini sudah jarang kita jumpai garam produksi petani lokal dengan kemasan khasnya diperjualbelikan di pasar tradisional sekalipun.

Menanti Untuk Dikembangkan

Konsumsi garam di kabupaten Flores Timur cenderung bergantung kepada pasokan garam industri yang disuplay dari Jawa.Dengan kemasan yang menarik dan kwalitas yang lebih baik,menjadikan garam lokal asal daerah ini terdesak dan mati suri.Petani lokal asal kabupaten Sikka juga terlihat memasarkan garam lokal produksi mereka di flores Timur.Seorang penjual garam asal Nangahale Kabupaten Sikka yang ditemui di pasar tradisional Oka beberapa bulan lalu mengiyakan hal itu.” Setelah dari pasar Boru(hari Senin),kami menjual disini” katanya.Memakai mobil pick up,mereka mereka menyambangi dua pasar tradisional ini menjual garam produksi petani lokal daerah mereka.”Sering garam yang kami bawa habis terjual,jarang sekali ada yang tersisa” ujarnya diiyakan sopir mobilnya.”Kadang kalau tidak habis terjual,kami titipkan ke sesama  pedagang yang akan menjualnya ke pasar waiwadan atau Waiwerang” tutur ibu yang selalu memakai sarung tenun sikka ini.Dalam seminggu ia bisa memasarkan 1-2 ton.Kadang bisa melebihi jumlah itu bila ada sesama  pedagang atau langganan yang memesan. Flores Timur menurut data terakhir dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Flores Timur mencatat luas wilayah laut Flores Timur kurang-lebih 3.818,32 km 2 atau 67,92 persen dari luas wilayah Kabupaten Flores Timur keseluruhannya.Dengan jumlah penduduk 238.166 jiwa (data tahun 2009) tentu merupakan pasar yang potensial.Beberapa calon investor pernah melakukan survey di daerah ini.Seorang teman yang ditemui di Waiklibang bulan Mei lalu sedang mengantar investor keliling Flores Timur survey lokasi.

Pilihan Metode Pengembangan

Kabupaten Lembata beberapa hari kemarin meluncurkan garam beryodium produksi petani lokal dengan kemasan yang bagus disertai kwalitas garam yang tidak kalah dengan produksi daerah lain di Indonesia.Sejak tahun 2004 pemerintah daerahnya telah mempersiapkan lahan dan membuat rencana tahap-tahap produksi.Dengan memakai dana pemerintah daerah,petani diberikan pelatihan melalui dinas Koperasi,UKM dan Perindag.Memakai wadah koperasi sebagai pengelolanya,akhirnya dibangun pabrik iodisasi sampai akhirnya garam lokal Cap Pledang dilempar ke pasar 17 Oktober lalu.
Berkaca dari Lembata Flores Timur pun hendaknya bisa melakukan itu.Ada beberapa alternatif untuk menghidupkan kembali produksi garam lokal kita.Pertama; investor swasta menanamkan modalnya dan melakukan produksi dengan memanfaatkan tenaga lokal daerah.Yang kedua; pemerintah sebagai pendamping dengan memberikan pelatihan juga modal dan petani sebagai pekerja dan pengelola.Sistem pemberian modal bisa berupa bantuan atau pinjaman lunak dengan bunga rendah dan harus dikembalikan.Terakhir; pemerintah lewat perusahan daerah sebagi pemodal dan pemilik sedangkan petani sebagai pekerja.Sistem penggajian atau bagi hasil tergantung kesepakatan.
Program dari kementrian kelautan dan perikanan perlu disambut dengan tangan terbuka.Pemerintah daerah yang merasa berpotensial untuk pengembangan industry garam lokal bisa mengajukan program tersebut untuk dikaji dan disetujui kementrian ini.Ini dilakukan jika investor swasta belum berniat melangkah kesana.Terlepas dari semua paparan diatas yang cuma merupakan sebuah pemikiran,ada baiknya perlu dilakukan pengkajian terlebih dahulu kalkulasi bisnis dan prospeknya.Apakah Flores Timur  perlu mempunyai industry garam lokal sendiri seperti Lembata ataukah lebih baik kita mengandalakan pasokan garam produksi daerah lain di Indonesia serta hasil impor…Tabe
Jakarta 28-10-2011
Ditulis Oleh: Ebed de Rosary

Tidak ada komentar:

Posting Komentar