Rengkong
Rengkong adalah salah satu kesenian
tradisional yang diwariskan oleh leluhur masyarakat Sunda. Muncul sekitar tahun
1964 di daerah Kabupaten Cianjur dan orang yang pertama kali memunculkan dan
mempopulerkannya adalah H. Sopjan. Bentuk kesenian ini sudah diambil dari tata
cara masyarakat sunda dahulu ketika menanam padi sampai dengan menuainya.
Istilah rengkong diambil dari nama sebuah alat untuk memikul padi dari sawah. Alat ini terbuat dari bamboo jenis ¿gombong¿ dan untuk mengikat padinya menggunakan tali injuk. Kalau dibawa sambil memikul padi dapat menghasilkan suara akibat gesekan tali injuk dengan bamboo. Konon kabarnya bunyi suara dari alat tersebut menarik untuk diperdengarkan sehingga menjadi ide untuk dibuat suatu pertunjukan. Perlengkapan seni rengkong yang digunakan untuk suatu pertunjukan terdiri dari, bamboo gombong, umbul-umbul, tali injuk dan satu himpunan tangkai padi seberat 10 kg. Pemainnya menggunakan busana yang terdiri dari : baju kampret, celana pangsi, ikat kepala dan tidak menggunakan alas kaki.
Seni tradisional ini biasanya dilakukan pada waktu upacara memanen padi namun lambat laun sering digunakan pada waktu yang lain seperti ; menyambut kedatangan tamu atau upacara peringatan hari besar nasional. Jumlah pemainnya antar 5 sd. 6 orang dan pertunjukannya selalu dialam terbuka dengan lama waktu sekitar satu jam. Di era globalisasi dan digitalisasi sekarang ini kesenian rengkong hampir tidak berkembang dan itupun agak susah untuk ditemui. Kecuali harus dicari dan dikumpulkan terlebih dahulu karena pemainnya sudah langka dan biasanya generasi lanjut usia. Generasi muda sekarang umumnya tidak menyukai kesenian ini, karenanya sulit membangun regenerasinya.
Istilah rengkong diambil dari nama sebuah alat untuk memikul padi dari sawah. Alat ini terbuat dari bamboo jenis ¿gombong¿ dan untuk mengikat padinya menggunakan tali injuk. Kalau dibawa sambil memikul padi dapat menghasilkan suara akibat gesekan tali injuk dengan bamboo. Konon kabarnya bunyi suara dari alat tersebut menarik untuk diperdengarkan sehingga menjadi ide untuk dibuat suatu pertunjukan. Perlengkapan seni rengkong yang digunakan untuk suatu pertunjukan terdiri dari, bamboo gombong, umbul-umbul, tali injuk dan satu himpunan tangkai padi seberat 10 kg. Pemainnya menggunakan busana yang terdiri dari : baju kampret, celana pangsi, ikat kepala dan tidak menggunakan alas kaki.
Seni tradisional ini biasanya dilakukan pada waktu upacara memanen padi namun lambat laun sering digunakan pada waktu yang lain seperti ; menyambut kedatangan tamu atau upacara peringatan hari besar nasional. Jumlah pemainnya antar 5 sd. 6 orang dan pertunjukannya selalu dialam terbuka dengan lama waktu sekitar satu jam. Di era globalisasi dan digitalisasi sekarang ini kesenian rengkong hampir tidak berkembang dan itupun agak susah untuk ditemui. Kecuali harus dicari dan dikumpulkan terlebih dahulu karena pemainnya sudah langka dan biasanya generasi lanjut usia. Generasi muda sekarang umumnya tidak menyukai kesenian ini, karenanya sulit membangun regenerasinya.
Seni Bangreng adalah pengembangan
dari seni "Terbang" dan "Ronggeng". Seni terbang itu
sendiri merupakan kesenian yang menggunakan "Terbang", yaitu semacam
rebana tetapi besarnya tiga kali dari alat rebana. Dimainkan oleh lima pemain
dan dua orang penabu gendang besar dan kecil. Pertama kali munculnya seni terbang ini yaitu pada waktu penyebaran Agama Islam
yang dilakukan oleh Wangsa Kusumah dimana seni terbang dijadikan media untuk
Dawah. Sedangkan "Ronggeng" adalah sebutan bagi sipenari dan
sekaligus penyanyi atau disebut pula "Nyi Ronggeng". Karena
sebutannya "Nyi", maka ronggeng seorang perempuan.
Menurut penuturan para ahli seni (seniman), seni bangreng ini berasal dari Kabupaten Sumedang dan biasa dipertunjukkan pada acara-acara hiburan dan acara khusus seperti ; ruatan rumah, mendirikan bangunan baru dan syukuran-syukuran lainnya.
Menurut penuturan para ahli seni (seniman), seni bangreng ini berasal dari Kabupaten Sumedang dan biasa dipertunjukkan pada acara-acara hiburan dan acara khusus seperti ; ruatan rumah, mendirikan bangunan baru dan syukuran-syukuran lainnya.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar